Pendidikan

Perbedaan Sistem Pendidikan di Indonesia dengan Luar Negeri

2880
×

Perbedaan Sistem Pendidikan di Indonesia dengan Luar Negeri

Sebarkan artikel ini

Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk yang paling banyak, Indonesia tentu memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sayangnya tinggi atau rendahnya SDM bergantung pada kualitas pendidikan yang juga mumpuni di negara tersebut.

Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan masih menjadi jalan terbaik untuk membangun masa depan berkualitas. Tidak hanya cerdas secara akademik, melainkan cerdas dalam berperilaku juga. Namun, melihat semakin banyak anak bangsa yang justru memilih sekolah atau kuliah di luar negeri menjadi pertanyaan yang cukup menarik untuk diulik, apakah kualitas pendidikan di Indonesia tidak bagus?

Tentu setiap negara memiliki sistem pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas diri, peran pemerintah dalam mencerdaskan bangsa juga patut diapresiasi untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Sebab dengan SDM yang baik maka bisa meningkatkan kesejahteraan negara.

Namun, jika menilik semakin banyak anak Indonesia yang lebih mengincar sekolah di luar negeri, maka perlu ditelusuri apa yang membedakan sistem pendidikan di Indonesia dengan luar negeri.

Maka berikut adalah perbedaan sistem pendidikan di Indonesia dan luar negeri, ulasan ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi agar kualitas pendidikan Indonesia bisa lebih baik ke depannya.

1. Pendidikan Usia Dini

Pendidikan pada usia dini sebenarnya sangat bagus untuk melatih perkembangan motorik anak, sayangnya kriteria pendidikan usia dini di Indonesia sangatlah ketat dan membebani. Pasalnya pendidikan usia dini dimulai sejak usia 4-5 tahun dengan  pembelajaran yang langsung berfokus pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Hal ini bertujuan agar nanti ketika anak sudah memasuki sekolah dasar, mereka telah menguasai pembelajaran tersebut. Porsi belajar yang lebih banyak ketimbang bermain ini dirasa kurang tepat untuk anak usia dini.

Jika dibandingkan dengan sistem pendidikan usia dini di luar negeri, mereka justru menekankan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar sekaligus bermain dan berinteraksi, hal ini dirasa lebih baik untuk mengembangkan motorik anak sesuai dengan usianya.

2. Wajib Belajar

Dalam berbagai penelitian menyebutkan bahwa pengenalan pendidikan yang paling efektif adalah saat anak telah mencapai usia yang matang dan produktif untuk menerima pembelajaran, yakni ketika anak memasuki usia 7 tahun. Sayangnya anak di Indonesia dituntut untuk memulai pendidikan sejak usia 4-5 tahun.

3. Waktu Belajar

Umumnya waktu belajar di Indonesia dimulai sejak pukul 07.00 sampai 14.00 siang, jam belajar ini terus dilakukan secara rutin selama 5-6 hari dalam seminggu. Tidak hanya itu saja, jadwal pelajarannya pun sangat padat dan banyak, hal ini dirasa terlalu membebani para siswa.

Sebab jika dibandingkan dengan waktu belajar di luar negeri, siang hari lebih banyak dihabiskan untuk bermain serta berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Mereka sadar betul bahwa siang hari kemampuan otak untuk menyerap pelajaran sangatlah tidak efektif, sehingga tidak bagus untuk memaksakan pembelajaran di siang hari.

Jam belajar di luar negeri juga umumnya hanya berlangsung selama 3-4 jam saja, selebihnya adalah waktu bermain serta interaksi dengan siswa lainnya sehingga para siswa merasa senang tanpa terbebani oleh pelajaran. Hal ini berbanding terbalik dengan siswa di Indonesia yang rata-rata merasa jenuh sekaligus tertekan lantaran jam belajar yang berkisar 7-8 jam.

4. PR atau Pekerjaan Rumah

Pada negara-negara yang memiliki kualitas pendidikan yang baik di dunia, tidak satupun di antara mereka yang menerapkan tugas atau PR sebagai pembelajaran tambahan di rumah. Lain halnya dengan Indonesia yang menjadikan PR sebagai jalan alternatif untuk menambah pengetahuan di rumah, sayangnya hal ini justru membuat anak-anak merasa tertekan dan bosan dengan kesehariannya yang terus belajar.

5. Ujian Akhir Sebagai Penentu

Setelah mengikuti jadwal pelajaran yang sangat padat dan banyak, ditambah dengan PR yang semakin membebani, para siswa di Indonesia juga masih harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian kelulusan. Hal ini seolah belum cukup untuk membebani para siswa sebab ujian akhir adalah penentu kelulusan.

Alhasil para siswa di Indonesia harus extra mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian ini, tidak jarang dari mereka yang mengikuti les tambahan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Jadi bisa dibayangkan bukan seberapa sibuknya siswa di Indonesia.

Lain halnya dengan luar negeri dimana penentuan hasil akhir diakumulasikan dari pembelajaran yang dilakukan setiap hari, sehingga penilaian ini dianggap jauh lebih adil dan efektif.

6. Biaya Pendidikan

Masyarakat di Indonesia memiliki pertimbangan yang sangat tinggi dalam hal ekonomi dan pengeluarannya. Sehingga hal ini berdampak pada ketimpangan pendidikan yang semakin besar di Indonesia.

Contohnya saja keluarga yang memiliki perekonomian bagus tentu mampu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan pendidikan yang eksklusif, lain halnya dengan keluarga yang perekonomiannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka untuk mendaftarkan anaknya sekolah pun rasanya sangat berat.

Hal ini sangat berbeda dengan pendidikan di luar negeri yang disediakan secara gratis, lengkap dengan fasilitas yang bagus untuk menunjang proses pembelajaran. Sedangkan di Indonesia kelengkapan fasilitas tergantung pada kesanggupan biaya, semakin mahal biaya sekolahnya semakin eksklusif pula fasilitas yang didapat. Meski pemerintah Indonesia sudah banyak memberikan bantuan berupa beasiswa, sayangnya bantuan ini cenderung sulit didapat sekaligus kurang merata. Buktinya masih banyak warga di pelosok desa yang tidak mendapatkan bantuan pendidikan.

7. MOS dan OSPEK

Sebagian besar di antara kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah ini  MOS (Masa Orientasi Siswa) untuk siswa, sedangkan OSPEK (Orientasi  Studi dan Pengenalan Kampus) untuk mahasiswa. Kegiatan ini bertujuan untuk pengenalan sekolah maupun kampus bagi para siswa dan mahasiswa baru, sayangnya di Indonesia kegiatan ini seringkali ditambah dengan hal-hal yang menuntut serta dipenuhi senioritas.

Hal ini sangat berbeda dengan luar negeri yang tidak mewajibkan hal tersebut. Andai adapun kegiatannya sangatlah menyenangkan karena berfokus pada keliling sekolah baru, atau festival bagi siswa/mahasiswa baru untuk saling mengenal dan berinteraksi dengan yang lainnya, itupun tanpa adanya senioritas.

Terlepas dari banyaknya perbedaan sistem pendidikan di Indonesia dan luar negeri, pada dasarnya setiap anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.  Di sinilah peran penting pemerintah untuk bertanggung jawab atas pendidikan anak bangsa yang lebih baik. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak saudara kita di pelosok negeri yang kesulitan untuk meraih pendidikan yang setara. Semoga dengan adanya ulasan ini bisa menjadi bahan evaluasi agar kualitas pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.

Itulah sebabnya kerjasama antar  tenaga pengajar, orang tua, dan pemerintah sangatlah penting dalam mendukung pendidikan yang lebih baik untuk anak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *